Flashback

broken-home
Ngenes ya kalau denger kata “Broken Home”. Tapi itu udah biasa buatku, nggak ada artinya sama sekali. Bertahun tahun yang lalu, terjadi sebuah hal yang masih sangat membekas di hati. Ya walau aku nggak tau persis jalan ceritanya, tapi bagaimanapun juga nggak ada anak di jaman sekarang yang pengin ngerasain apa yang kurasain waktu itu. Ya emang waktu itu aku belum terlalu paham. Tapi ketika aku udah mulai dewasa, aku makin ngerasa sakit dengan apa yang terjadi dengan hidupku. Singkatnya ANCUR !!!!
Singkat cerita, dulu mama dan bapak aku saling suka. Tapi mama lebih memilih buat pergi sama bapak aku daripada nerusin kuliahnya. Padahal mama aku itu anak yang paling pintar di keluarga besar kakekku. Terus mereka memutuskan buat nikah tanpa restu dari kakekku. Ya dari situlah lahir kakakku, aku juga nggak tau gimana kehidupannya waktu itu, pasti jauh lebih ngenes daripada aku, karena dia yang ngerasain secara langsung.
Waktu demi waktu, pernikahan mamaku dan bapakku nggak berjalan lancar. Masalah sepele jadi besar. Mama sering disiksa sama bapak. Bahkan kakakku yang waktu itu masih kecil pernah juga jadi pelampiasan kemarahan bapak aku. Karena itu, mamaku lebih milih buat cerai sama bapak aku, disaat itu lah mama sedang mengandungku. Dari aku lahir sampai sekarang, aku belum pernah tinggal serumah dengan ayahku. Kalau temen tanya “Tan, kamu nggak iri sama orang lain yang keluarganya lengkap”. Aku jawab “Loh, kenapa iri, toh aku dari kecil keluargaku ngga pernah lengkap”. Ya semenjak perceraian itu mamaku jadi benci banget sama bapakku. Semenjak saat itu juga kehidupan kita jadi terpuruk banget, banyak saudara saudara yang tidak menyukai keluargaku karena hal bodoh yang diperbuat mamaku. Mereka mencaci maki, mereka menginjak harga diri kita, tapi kita ngga bisa berbuat apa apa. Bertahun tahun kita hanya hidup bertiga. Karena mamaku putus kuliah, otomatis dia tidak punya pekerjaan yang layak, dia hanya bekerja di pabrik sebagai buruh. Dan kita pun masih menumpang di rumah kakek. Lama kelamaan kakek merasa kasian sama kita. Dia memberikan modal kepada mama buat mendirikan warung. Alhamdulillah warung itu cukup untuk menghidupi kami. Suatu hari kami memutuskan untuk pindah. Kita tinggal disebuah gubuk kecil hasil meminjam tetangga. Sangat kontras perbedaannya dengan saudara saudaraku yang lain, mereka tinggal di rumah besar, kesana kemari bawa mobil. Kita, sepeda motor pun tak punya. Haha iya aku masih inget waktu itu, aku sering ikut mama ke pasar, bawain kardus kardus yang nggak sedikit, desak desakan di angkot. Terus kalau dirumah kita cuma makan mie rebus dijadikan 3 porsi, makan pakai garam. Kalau hujan, atap bocor, banjir dimana mana. Pernah suatu kali saat aku masih TK aku bilang ke mama “Ma, besok aku dijemput pake motor ya, temen temenku pada bawa mobil”. Mama jawab “Kan mama nggak punya motor”. “Pinjem Vespa punya mbah kakung” Jawabku. Karena permintaanku itu, mama memberanikan diri buat pinjem vespa ke kakek aku. Hahahha. Ada cerita satu lagi nih, Waktu itu aku masih TK kira kira umur 4 tahun, pulang sekolah aku dijemput sama kakak aku. Padahal dia masih kelas 3 SD. Jarak rumah ke TK aku itu nggak deket loh. Harus naik angkot dulu. Bayangkan ada anak kelas 3 SD menggandeng anak TK naik angkot berdua aja. Tapi justru itu masa yang paling ngangenin, ada rasa kebersamaan.
Suatu hari, kakekku pindah ke rumah barunya. Dan kakek minta kita buat nempatin rumah lamanya. Dari situlah nasib kita mulai berubah, mama bisa beli motor buat belanja. Warung semakin besar, pembeli semakin banyak. Tapi aku makin kasihan sama mama, dia harus ke pasar pagi pagi buta. Jam 3 dia berangkat, udara dingin, membawa barang barang berat. Tapi semua itu dia lakukan buat aku dan kakakku. Tapi kebahagiaan itu nggak berlangsung lama. Semenjak kedatangan orang yang saat ini menjadi ayah tiriku membuat kehidupan kita suram. Memang dia nggak jahat. Tapi mama nikah sama dia biar ada yang bisa bantuin dia ngurus anak anaknya.Tapi ternyata dia nggak berguna, kerjaannya cuma makan tidur main. Aku dan kakakku sangat membenci dia. Udah lah, aku males bahas orang yang satu ini. Intinya dari pernikahan mamaku dan orang ini, lahir lah adikku yang super nakal.
Karena keuletan dan ketelatenan, mamaku mampu beli mobil. Murni dengan uang mamaku, kalaupun dengan campur tangan ayah tiriku, mungkin nggak ada 10%. Berkat mamaku, aku bisa sekolah di SMA favorit di Magelang. Tapi jangan salah pikir dulu, hidupku nggak menjadi baik. Sama seperti kisah sebelumnya, mama dan ayah tiriku ini sering berantem. Kali ini aku juga ikut merasakannya secara langsung. Siapa si yang mau jadi anak broken home 2x? Ya semenjak itu lah aku jadi seorang cutter, aku sering nglukain diri sendiri baik waktu ada masalah atau nggak. Kenapa? Karena aku nggak menemukan teman yang cocok buat aku jadikan tong sampah curahan hatiku. Ya mungkin karena faktor fisikku juga yang jelek. Kan orang cuma mau berteman sama orang yang cantik dan seksi. hahaha padahal aku nggak ada apa apanya. Dihina, dibully, difitnah, itu udah biasa buat aku, bahkan aku nggak lagi marah, karena itu lah takdir hidupku. Tapi cuma ada 1 yang aku sesali, Apa benar benar di dunia ini nggak ada 1 pun yang care sama aku? Aku nggak tau harus lari kemana, ketika pulang, keluarga nggak menyambutku dengam senang, ketika berangkat sekolah, aku merasa seperti manusia invisible. Suatu saat ketika mereka mencoba ‘berpura pura peduli’ dengan mempertanyakan luka yang ada di tanganku, aku nggak terlalu peduli. Karena apa? Karena aku nggak butuh rasa kasian, aku cuma butuh pengertian, kalian itu PEKA DONG,, Sampai sampai masalah percintaanku. Apa aku ngga pantes buat suka sama orang? Ya memang aku kalah saing, tapi apakah sekedar mencintai itu dilarang untukku? Terutama buat YUSEP. Aku emang sayang banget sama kamu, sampe sekarang aku juga masih sayang dan bahkan semakin bertambah dari hari ke hari, Tapi aku udah terlajur kecewa sama kamu, kamu nggak akan pernah bisa berubah, kamu juga nggak akan bisa terima aku apa adanya, yang kamu cari itu wanita yang sempurna dari lahir, bukan wanita yang merasa sempurna ketika kamu mencintainya (I do). Kadang aku ingin merombak tubuhku habis habisan, biar aku bisa dihargai dan dianggap sama orang orang seperti kalian. Tapi inilah hidupku, lonely. Aku pura pura tersenyum, aku pura pura nggak ada masalah, padahal seluruh hidupku, nafasku, darahku, adalah masalah bagi diriku sendiri.

Leave a comment